Tanamkan Toleransi Keberagaman dengan Semangat Bhinneka Tunggal Ika: ‘Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh’


Dec 24th, 2021 1468 Views

Karya: Maria Magdalena Listiyani Darmayanti, S.Pd.

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau yang dihuni lebih dari 360 suku bangsa, atau tepatnya 1.340 suku etnis dan memiliki 742 bahasa/dialek. Angka tersebut mengimplikasikan bahwa Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alam namun juga keanekaragaman suku bangsa, budaya, ras, agama, maupun adat istiadat dengan kekhasan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tentu, ketika keanekaragaman dan kekayaan itu menyatu menjadi satu bangsa, maka yang muncul adalah sebuah keindahan. Keberagaman dan kemajemukan yang ada tersebut telah menjadi simbol persatuan dan kesatuan bangsa yang dikemas dalam bingkai semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan tersebut diungkapkan pertama kali oleh Mpu Tantular, pujangga agung kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Hayamwuruk di abad XIV (1350-1389), yang memiliki makna ‘meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap satu kesatuan.’ Selain semboyan tersebut, kita juga memiliki alat-alat pemersatu bangsa yaitu Pancasila, UUD 1945, Bahasa Indonesia, Bendera Merah Putih, Burung Garuda, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.

 

Pada era digitalisasi, arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang berkembang sedemikian pesatnya seperti pisau bermata dua. Artinya, kehadiran era internet tidak hanya menghadirkan peluang positif tetapi juga tantangan yang perlu diwaspadai terhadap identitas dan integrasi nasional. Jika kita melihat realita yang ada akhir-akhir ini, terdapat fenomena global berita hoaks, hate speech, dan isu-isu berkaitan dengan paham radikalisme yang beredar merajalela di masyarakat. Hal-hal tersebut merupakan salah satu akar masalah karena dapat menimbulkan keresahan, membuat kepanikan, perselisihan, dan bisa menimbulkan perpecahan. Sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan dan menjaga integrasi dalam masyarakat adalah menumbuhkan sikap toleransi yang tinggi dan upaya kuat untuk melawan prasangka dan diskriminasi. Menurut Muawanah (2018), sikap toleransi merupakan “penghargaan dan penghormatan terhadap kebhinekaan (pluralitas) yang mengedepankan aspek kemanusiaan (humanisme) dan etika sebagai pilar utama penyangga terbentuknya masyarakat yang terbuka dan mampu bekerja sama dalam kemajemukan”. Berdasarkan definisi tersebut, sikap toleransi sangat perlu dikembangkan di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sekolah untuk mewujudkan keterpaduan dalam keberagaman. Kita tidak boleh menganggap suku, budaya, bahasa ataupun agama yang kita anut paling unggul, maju, dan baik dan meremehkan yang berbeda dengan kita. Dengan adanya keberagaman, kita sebagai rakyat Indonesia diajak dan harus melakukan sikap menghargai, menghormati, dan bertoleransi terhadap perbedaan.


            Berkaitan dengan tema HUT RI tahun ini yaitu ‘Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh’, sikap toleransi merupakan kunci untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan visi Indonesia Emas tahun 2045 menjadi negara maju yang
berdaulat, adil, dan makmur. Oleh karena itu, semangat toleransi yang dibalut dengan rasa nasionalisme dan cinta tanah air harus tetap kita jaga, lestarikan, dan kita junjung tinggi sepanjang hidup kita, supaya nantinya kita juga dapat mewariskan ke generasi-generasi selanjutnya. Mari kita pandang keberagaman dan masyarakat multikultural di Indonesia ini sebagai kekayaan nasional. Jangan sampai Indonesia menjadi terpecah-belah akibat hilangnya sikap toleransi, hilangnya kesadaran untuk bersatu, dan mudah percaya dengan berita hoaks atau isu-isu negatif. Ingat kata pepatah, “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Kita bersatu, bergotong-royong, bahu-membahu, saling membantu, membina rasa kebangsaan dalam NKRI, dan juga saling menghargai perbedaan. Seperti makna seruan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, “kita semua bahagia dapat menyatakan sebagai satu kesatuan wilayah walaupun terpisah-pisah dalam beribu-ribu pulau (Satu Nusa). Kita bahagia dapat mengatakan sebagai satu kesatuan bangsa walaupun kita beragam suku dan budaya (Satu Bangsa). Dan kita juga bahagia dapat menjalin komunikasi dengan bahasa yang sama, walaupun banyak ragam bahasa dan dialek lokal dengan Satu Bahasa”.


Referensi
Caliadi. (2020). Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Indonesia. https://diy.kemenag.go.id/9512-satunusa-satu-bangsa-satu-bahasa-indonesia.html
Muawadi. (2018). Pentingnya pendidikan untuk tanamkan sikap toleran di masyarakat. Jurnal
Vijjacariya
, 5(1), 57–70.
Suara Pemerintah. (2021). Terbanyak di dunia, Indonesia miliki 1340 suku etnis.
https://suarapemerintah.id/2021/07/terbanyak-di-dunia-indonesia-miliki-1340-suku-etnis/