PENDIDIKAN KARAKTER DI MASA BDR


Nov 24th, 2021 779 Views

Oleh : Agus Istiyadi, S.Pd., M.Pd.

Kepala SMP Negeri 1 Turi

 

Media sosial menjadi kebutuhan pokok bagi guru saat masa pandemi seperti sekarang ini. Situasi pandemi menuntut guru untuk aktif, kreatif bahkan inovatif yang akrab dengan teknologi, khususnya media sosial. Bagi guru-guru muda mungkin ini tidak menjadi masalah besar karena mereka telah akrab dengan teknologi, sedangkan untuk guru-guru yang tua walaupun tidak dalam hitungan yang banyak perlu adaptasi dengan keadaan ini. Yang sangat menarik terjadi di sekolah adalah budaya kerja sama dan gotong royong. Bagi yang mempunyai kemampuan di bidang tertentu bisa menularkan ke yang lain. Karena tuntutan profesi yang tua atau yang berlum tahu tidak sungkan untuk bertanya walaupun dengan yang lebih muda.

 

Kondisi saat ini menyebabkan peserta didik harus belajar dari rumah yang kurang memungkinkan bagi guru untuk membangun karakter peserta didik secara langsung ataupun tidak langsung seperti di sekolah. Pendidikan karakter melalui pembelajaran jarak jauh saat ini dianggap minim oleh para orang tua peseta didik, meskipun pembelajaran jarak jauh ini difasilitasi oleh teknologi yang memadai. Meskipun guru harus mengajar dari jarak jauh, namun para orang tua masih sangat percaya bahwa pendidikan karakter di bawah bimbingan guru tetap diperlukan demi terciptanya tujuan pendidikan nasional sesuai amanah UUD tahun 1945. Ada orang tua yang justru menjauhkan dari karakter kejujuran, karena tugas-tugas anak dikerjakan oleh orang tua, walaupun kejadian ini persentasenya kecil. Ada guru yang pernah mengklarifikasi tugas anak tentang LKPD tertentu, dengan jujur anak menjawab “kayaknya sudah Bu, coba nanti saya tanya ke Ibu saya”. Mungkin maksud dari Ibunya bagus menurut versinya, tetapi ini adalah sebuah perilaku yang menjurumuskan anak untuk mendapatkan sesuatu tanpa usaha, bahkan sebuah pembodohasn karakter bagi putranya.

 

Rahardjo (2010:16) berpendapat bahwa: pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.

 

Pengertian pendidikan karakter sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

 

Pembentukan karakter anak merupakan salah satu wujud kepedulian terhadap kesejahteraan anak di masa depan. Semua komponen bangsa, mulai dari orang tua, keluarga, masyarakat, dunia usaha, pemerintah, dan negara, memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap perlindungan dan kesejahteraan anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, No. 23 Th. 2002). Pendidikan karakter merupakan kebutuhun bagi setiap peserta didik, dan guru di sekolah adalah agen pendidikan tersebut agar mandarah daging bagi setiap anak bangsa agar menjadi yang terbaik.

 

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam mewujudkan pendidikan yang berkarakter adalah dengan menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik sebagai fondasi agar terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga nantinya bisa menjadi manusia insan kamil yang memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan

pendidikan karakter di masa pandemi melalui pembelajaran jarak jauh di masa pandemi ini harus tetap diawasi dan dikontrol oleh guru. Tanggung jawab pendidikan karakter ada di tangan kita bersama demi mewujudkan pembangunan pendidikan nasional yang didasarkan pada paradigma membangun  manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, memiliki budi pekerti luhur, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, mandiri, kepribadian yang mantap, dan bertanggung jawab terhadap bangsa.

 

Di rumah orang tua harus menjadi tempat penanaman  karakter yang kuat. Orang tua harus menjadikan dirinya sebagai model bagi putra-putrinya, dapat memberikan rasa aman terhadap anak-anak agar mereka merasa dekat dan menjadikan orang tuanya sebagai tempat belajar yang pertama dan utama. Apalagi anak-anak untuk sementara waktu kalau tidak dalam keadaan yang memaksa tidak banyak ke luar rumah dan menghindari kerumunan. Jangan sampai anak-anak mengidolakan artis atau orang lain yang ia temui di media sosial atau televisi yang kadang kala kurang mendidik, sehingga memberikan dampak negatif yang kurang baik dan ini bisa disebabkan kurang maksimalnya peran orang tua sebagai tempat belajar yang pertama dan utama bagi mereka di rumah.

 

Di masa pandemi ini memang peran orang tua sangat besar dibanding dalam keadaan normal. Pembelajaran dilaksanakan secara daring, sehingga guru tidak bisa secara langsung bertemu dengan peserta didik. Ada guru yang mengeluh karena dengan berbagai cara saat pembelajaran anak diminta on camera agar guru bisa melihat wajah dan perilaku siswa ketika sedang pembelajaran, tetapi masih banyak peserta didik yang tidak mau untuk memperlihatkan wajahnya. Bahkan guru sulit untuk mengontrol apakah anak tetap berada di depan HP/ laptopnya. Kadang kala ada peserta didik yang hanya bergabung dengan posisi HP atau laptop yang aktif tetapi peserta didik sudah tidak berada di depan media itu, bahkan pergi atau ketiduran. Di sinilah tugas guru yang bertugas menjadi  pendidik dan pengajar bisa juga berubah menjadi aktor yang harus memberikan pembelajaran yang menarik dan menghindari model pembelajaran yang monoton dan membosankan. Guru tetap harus menamkan pendidikan karakter dengan berbagai inovasi, misalnya memberikan contoh-contoh perilaku yang baik bagi peserta didiknya, atau dampak negatif apabila kita melakukan perilaku yang menyimpang. Guru dapat menyisipkan pembelajaran karakter pada prose pembelajaran, ataupun diberikan waktu khusus di awal pembelajaran walaupun waktunya dibatasi, misalnya 5 (lima) menit.

 

Pendidikan karakter melalui sekolah jarak jauh di saat peserta didik sedang belajar dari rumah dapat tetap diawasi dan dikontrol oleh para guru. Salah satunya dengan memberikan lembar kontrol karakter. Ada banyak karakter positif yang dapat dikembangkan oleh guru sesuai kompetensi inti dari kurikulum 2013 seperti memiliki sifat religius, jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, dan lain-lain. Guru dapat mengembangkan lembar kontrol untuk diberikan kepada peserta didik dan untuk orang tua. Lembar kontrol tersebut dinilai oleh guru, setelah  itu guru memberikan umpan balik.  Guru kemudian menguatkan karakter yang sudah baik dan mengubah karakter yang masih tidak sesuai.

 

Kontrol karakter bisa dilakukan dengan menggunakan buku tabungan kebaikan. Peserta didik akan menuliskan perilaku karakter sekecil apapun yang ditulisakan pada buku tabungan. Walaupun perilaku tersebut berulang-ulang ditulis maka peserta didik akan lebih bisa menerima bahwa yang dilakukan adalah kebiasaan baik yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi suatu budaya. Apabila perilaku baik itu selalu ditulis dalam tabungan kebaikan secara berulang-ulang maka ini adalah bukti bahwa anak sudah mulai membiasakan berperilaku baik di setiap harinya. Bahkan guru pembimbuing bisa bertanya ada perilaku yang mungkin dilaksanakan tetapi terlupakan ditulis dalam buku tabungan kebaikan, misalnya berjabat tangan dan mencium tangan ayah dan ibunda ketika berangkat sekolah atau turun dari sepeda motor/ mobil untuk menuju ke halaman sekolah. Bahkan ketika memberikan salam dan pengganti jabat tangan dengan Bapak dan Ibu guru atau karyawan kettika memasuki gerbang sekolah.

 

Guru harus mampu memberikan pendidikan karakter di setiap pembelajaran, baik di awal, tengah maupun di akhir pembelajaran. Pesan moral yang ada dalam materi pembelajaran harus selalu disampaikan bahkan bisa berulang-ulang. Sesuatu yang diulang-ulang, mungkin anak merasa bosan, tetapi dari situ pesan yang disampaikan bisa terpatri dalam hatinya. Hal ini akan tampak apabila suatu saat anak menemukan kasus seperti pesan moral yang disampaikan. Contohnya ketika guru menyampaikan karakter tentang apabila ada tamu atau orang yang belum kita kenal bertanya tentang tempat yang ada di sekolah, misalnya ada tamu bertanya tentang letak masjid, kamar mandi, ruang BK atau tempat yang lain, maka tugas kita adalah menunjukkan atau mengantar sampai tempat yang ditanyakan tersebut terlihat, baru kita mengatakan ini Pak/Bu kamar mandinya, ruang BK nya atau masjidnya sesuai apa yang ditanyakan.

Sebagai pendidik, kita harus menyadari betul bahwa Pendidikan karakter rmasa depan anak ada di tangan pendidik, bahkan guru adalah model bagi peserta didik yang akan dipelajari dan ditiru oleh mereka. Pembelajaran saling tolong menolong, akan diterapkan oleh anak dan menjadi kebiasaan mereka peduli kepada lingkungan sekitar. Hal ini bisa dilakukan dari hal paling kecil seperti ketika ada pulpen teman jatuh, tolonglah ambilkan pulpen tersebut. Banyak hal kecil lagi yang dapat dimulai untuk membangun pendidikan karakter. Membiassakan dengan tiga kata yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa, yaitu maaf, tolong dan terima kasih adalah wajah karakter kecil yang dapat dilakukan oleh setiap orang dengan cara yang mudah, murah dan sangatlah ringan, walaupun sedikit orang yang melakukannya. Belajar saling menghargai dari hal terkecil juga dapat diterapkan kepada anak dengan cara mengapresiasi apa yang mereka dapat selesaikan, entah dalam hal pekerjaan, tugas, dsb. Hal di atas dapat menumbuhkan rasa toleransi dan menghargai perbedaan antara manusia.

Pembelajaran dengan melalui daring atau BDR tidak berhenti pada konsep kognitif, tetapi afektif dan psikomotorik harus tetap ditekankan. Seperti konsep Pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hadjar dewantara, peserta didik harus samapi tahap ngerti, ngrasa dan nglakoni. Peserta didik tidak hanya berhenti pada konsep “adalah” tetapi dapat merasakan pentingnya materi yang yang diterima di sekolah tersebut sampai pada tahab meyakaini kebenaran konsep yang diberikan oleh guru dan berbagai sumber yang dibaca dan dilihat, tentu yang telah teruji secara teoritis oleh para ahli dan berisi kebaikan dan tidak bertentangan dengan norma, dan akhirnya dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai perilaku pengamalan dari sebuah kebenaran.

 

Guru dapat pula memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi setidaknya dengan mengucapkan selamat di group proses belajar mengajar antara guru dan peserta didik, serta dapat juga memberikan hukuman melalui jalur pribadi agar nama baiknya tetap terjaga dan anak tidak merasa direndahkan di depan teman-temannya. Peserta didik juga dapat diberikan penghargaan jika mengerjakan tugas tepat waktu dan diberikan hukuman jika terlambat mengerjakan tugas sebagai bentuk penanaman karakter disiplin. Tentu saja bentuk hukumannya juga harus bersifat mendidik. Ketika ada kabar seorang peserta didik tidak dapat mengerjakan tugas karena tidak memiliki kuota internet atau hal lainnya, maka guru dapat mengajak teman-teman kelasnya untuk membantu sebagai bentuk penanaman karakter empati dan peduli. Guru harus selalu mengontrol setiap kata yang ditulis oleh peserta didik di dalam group pembelajaran sebagai bentuk penanaman karakter sopan dan santun dalam berucap dan bertanggung jawab atas semua ucapan dan perbuatan peserta didik.

 

Semoga tulisan singkat ini mampu memberikan aspirasi kepada kita para guru khususnya di SMP Negeri 1 Turi dalam mengawal putra-putri yang berkarakter untuk meraih cita-citanya sehingga mampu menjadi kebanggaan  serta menjadi ladang ibadah kita, Amiin.